SEJARAH
NEGARA GUINEA
Guinea merupakan negara kecil yang terletak di Afrika Barat, yang semula
negara Guinea ini dikenal dengan sebutan Guinea Perancis. Guinea
beribukota di Conakry, Conakry adalah ibukota sekaligus kota terbesar Guinea. Penduduknya
berjumlah 731.000 jiwa dipenghujung tahun 1988 dan 2.000.000 jiwa pada tahun 2007. Kota ini
merupakan pusat ekonomi terbesar di Guinea. Terletak di
pelabuhan Samudra Atlantik. Kota
ini diambil dengan nama "Cona", merupakan industri anggur dan keju
oleh Penduduk Baga, dan "nakiri", biasanya disebut selain di
tepi sungai.
Selain itu, nama Guinea juga digunakan
untuk sekitar daerah yang daerahnya kebanyakan menempati pantai barat Afrika di
selatan Gurun Sahara dan di utara Teluk Guinea. Nama ini berasal dari bahasa Berber yang
kurang lebih membawa pengertian 'tanah orang hitam'. Guinea bermakna
"wanita/isteri" dalam bahasa Susu, salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di
negara ini. Kadang Guinea juga dipanggil dengan sebutan Guinea-Conakry
untuk membedakannya dengan Guinea-Bissau (yang mempunyai ibu negara di Bissau).
Daerah yang kini dipanggil Guinea merupakan sebuah negara bagian yang
berbentuk Republik sehingga sering disebut dengan "Republik Ghana" pada sekitar
tahun 900
Masehi. Hal ini disusul oleh kerajaan Sosso pada abad ke-12 dan ke-13. Republik Mali bangkit untuk berkuasa di daerah ini selepas Pertempuran Kirina pada tahun 1235, dan menjadi
makmur sehingga dilemahkan oleh masalah-masalah dari dalam. Sehingga akhirnya,
negara-negaranya merampas kekuasaan pada abad ke-15. Salah satunya, Songhai, yang kemudian menjadi Republik Songhai, dan mengatasi pendahulu-pendahulunya dari segi daerah
dan kekayaan, tetapi ia juga menjadi korban pertengkaran dalam perang saudara, dan akhirnya digulingkan dalam Pertempuran Tondibi pada
tahun 1591.
Sehingga kemudian, daerah Guinea
terpecah-belah menjadi sebuah negara Islam yang berdiri pada abad ke-18 dimana membawa sedikit kestabilan pada daerah ini. Satu
lagi peristiwa yang penting ialah datangnya orang-orang Muslim Fulani di daerah tanah
tinggi Fuuta Jalloo pada awal abad ke-18.
Orang-orang Eropa yang pertama
datang ke daerah ini pada zaman Penemuan-penemuan Portugis yang
memulai perdagangan sejak abad ke-15. Guinea saat ini merupakan
sebuah tanah jajahan oleh Negara Perancis pada tahun 1890, dengan
Noël Balley sebagai gubernur pertama dan Pulau Tombo sebagai ibu negaranya. Pada tahun 1895, negara ini
digabungkan ke dalam Afrika Barat Perancis.
Pada 28 September 1958, di
bawah arahan Charles de Gaulle, Perancis mengadakan sidang referendum tentang
konstitusi baru dan penciptaan dari Republik Kelima. Saat itu, semua koloni
hadir kecuali Aljazair yang secara hukum langsung bagian dari Perancis. Pada
sidang referendum diajukan oleh Perancis dua pilihan yaitu antara kemerdekaan
segera atau mempertahankan status mereka sebagai kolonial. Dengan demikian,
Guinea yang pertama kali menjadi koloni Perancis Afrika untuk mendapatkan
kemerdekaannya. Guinea pula yang menjadi satu-satunya derah jajahan yang tidak
ingin menjadi wilayah administratif Perancis seberang lautan. Setelah merdeka
Guinea menjadi Republik dengan kekuasaan terpusat. Presiden pertamanya, yang
terpilih untuk masa jabatan tujuh tahun, adalah Sekou Toure. Kemudian Ia
juga terpilih lagi sampai masa jabatan ke-4 tahun 1981.
Setelah kemerdekaan,
Guinea diperintah oleh seorang yang berkarakter pemerintahan diktator yaitu Ahmed Sékou Touré. Touré pada
umumnya mengejar dasar-dasar ekonomi sosialisme dan menumpas pemberontakan serta kebebasan berpendapat, tanpa
banyak mengambil tentang hak asasi manusia. Selepas kematiannya pada tahun 1984, Lansana Conté mengambil alih
kuasa dan dengan segara, mengubah dasar-dasar ekonomi tetapi mengekalkan
cengkaman kuasa yang ketat. Pemilu Raya pertama kali diadakan pada tahun 1993, akan tetapi
keputusannya dari hasil pemilu merupakan keputusan yang sering menimbulkan
permasalahan. Conté sering dikritik pada penerapan program kerja dibidang
ekonomi negara.
Usaha Sekou Toure
(1968) saat masa pemerintahanya, yaitu ingin mencoba bersatu dengan Mali. Namun
hubungannya dengan negara ini dengan negara lainya silih berganti hangat-dingin
sampai akhirnya, Guinea dikucilkan dari pergerakan politik Afrika. Namun kadang
hubungan dengan organisasi persatuan Afrika kemudian membaik. Akan tetapi
pandangan ekstern Toure sering kali mengurangi pengaruh Guinea dalam organisasi
itu. tetapi pada tahun 1984, Ia meninggal karena menderita sakit setelah
memerintah selama 26 tahun. Setelah kepergianya Sekou Toure digantikan oleh
Brigadir Jendral Lansana Conte yang memerintah sampai saat ini.
SEJARAH INFLASI
Guinea pertama kali mengalami inflasi pada tahun 1987 , dengan tingkat
inflasi sebesar 33,7% yang tergolong
kedalam inflasi berat. Adapun yang menjadi penyebabnya karna saat itu termasuk periode
panjang terjadinya ketidakstabilan
politik yang menyebabkan aktivitas ekonomi tertekan, memburuknya kondisi
sosial, dan meningkatkan ketidakseimbangan makro-ekonomi.
Guinea juga Sebagai salah satu
negara dengan GDP per kapita terendah, lebih dari dua-pertiga penduduk
Guinea-Bissau hidup di bawah garis kemiskinan. Perekonomiannya terutama hanya
bergantung pada pertanian, perikanan, kacang mete, dan kacang tanah sebagai
ekspor utama. Guinea menunjukkan
kemajuan ekonomi setelah Pakta stabilitas ditandatangani oleh partai politik
utama negara ini. Tantangan utama negara ini dimasa depan adalah mencapai titik
disiplin fiskal, membangun kembali administrasi publik, peningkatan iklim
ekonomi bagi investasi swasta, dan mempromosikan diversifikasi ekonomi. Setelah
merdeka dari Portugal pada tahun 1974 karena Perang kolonial portugis dan
Carnation revolution, exodus rakyat portugis, militer, dan otoritas politik
telah membawa pada kerusakan yang luar biasa bagi infrastruktur ekonomi negara,
tatanan sosial, dan kehidupan dinegara itu.
Setelah beberapa tahun mengalami
kemerosotan ekonomi dan ketidakstabilan politik pada tahun 1997 Guinea Bissau
mengalami krisis moneter. Perang saudara yang terjadi pada tahun 1998 sampai
1999 dan kudeta militer pada tahun 2003 berdampak pada terganggunya aktivitas
ekonomi dan kemiskinan yang semakin meluas. Setelah pemilihan parlemen tahun
2004 dan presiden pada tahun 2005 negara ini berusaha untuk pulih dari ketidakstabilan
meskipun pada saat itu kondisi politik masih lemah. Pada tahun 2005, para
pengedar narkoba yang berbasis di Amerika Latin mulai menggunakan Guinea Bissau
dan beberapa negara afrika lain sebagai titik pengiriman kokain ke Eropa.
Mata
uang negara ini adalah Guinea Franc/GNF.
KEBIJAKAN
DALAM MENGATASI INFLASI
Adapun beberapa kebijakan non moneter
/ non fiskal yang diambil oleh pemerintah Guinea dalam mengatasi inflasi yang
ada sebagai berikut :
1.
Dengan
cara mendorong para pengusaha untuk menaikkan hasil produksi .
Dalam hal ini hasil produksi yang
dihasilkan oleh guinea berhubungan dengan kegiatan pertanian dan perikanan. Dan
biasanya salah satu barang produksi yang dihasilkan adalah kacang mete dan
kacang tanah.
2.
Pemerintah
mengambil kebijakan untuk menstabilkan upah ( gaji) bagi penduduk guinea.
Dalam hal ini upah tidak sering
dinaikan ,karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan
daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang
secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi. Sehingga
pemerintah harus menekan tingkat upah.
3.
Pemerintah
melakukan pengawasan harga
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi
kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga
tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan
berhasil tanpa ada pengawasan. Sehingga pentingnya dilakukannya pengawasan
harga dan menentukan harga maksimal.
4.
Pemerintah
juga melakukan distribusi barang secara langsung
Untuk menghindari pasar gelap maka
distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar.
Sumber :
http://id.tradingeconomics.com/guinea/inflation-cpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar