Ada yang kurang memang
Dalam kesendirianku kini
Pagiku kini tak seriang kemarin
Saat suaramu masih kudengar
Angin malampun tau...
Dingin memang tanpamu...
Bintangpun enggan keluar...
Kosong...langit bagai mati
Saat mentari kembali...
Hangat jiwa kini kurasa...
Tolong...
Cairkan...kebekuan hati ini...
Sahabat..
Sepi kini memang milik-ku..
Milikmu, milik kita
Tapi bukan untuk selamanya
Jangan berhenti kawan...
Jalan masih panjang...
Segenggam asa...
Mesti kau raih...
Kini atau kelak ...
Engkau pasti dapat...
Mengejar semua cita...
Impian..yang engkau impikan
Entri Populer
-
Sistem Perekonomian Indonesia 1. Sistem Perekonomian Indonesia Sebelum Orde Baru Prioritas yan...
Rabu, 30 Mei 2012
Rabu, 23 Mei 2012
Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
(Minggu 8)
Distribusi
Pendapatan Nasional Dan Kemiskinan
A.
Distribusi
Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia
Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya.
Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya.
Negara maju menunjukkan tingkat
kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding
negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat
GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya
menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi
dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang
dilakukan oleh dunia internasional, baik berupa bantuan maupun pinjaman pada
dasarnya merupakan upaya sistematis untuk memperkecil kesenjangan pendapatan
dan tingkat kemiskinan yang terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang.
Beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta lembaga-lembaga
keuangan internasional lainnya berperan dalam hal ini. Kesalahan pengambilan
kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan/ atau pinjaman tersebut, justru dapat
berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian negara bersangkutan.
Perbedaan pendapatan timbul karena
adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama
kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat) yang
memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang
lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan pendapatan dapat
dikurangi melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu melalui proses “penetasan”
hasil pembangunan ke bawah (trickle down) dan kemudian menyebar sehingga
menimbulkan keseimbangan baru. Apabila proses otomatis tersebut masih belum
mampu menurunkan tingkat perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat
dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi. Penetapan pajak pendapatan/penghasilan
akan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi. Sebaliknya
subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah
sasaran dalam pengalokasiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan
sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase
tarifnya), oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi
dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses redistribusi pendapatan
yang akan mengurangi terjadinya ketimpangan.
Tingginya Produk Domestik Bruto
(PDB) suatu negara belum tentu mencerminkan meratanya terhadap distribusi
pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu
merata, bahkan kecendrungan yang terjadi justru sebaliknya. Distribusi
pendapatan yang tidak merata akan mengakibatkan terjadinya disparitas. Semakin
besar perbedaan pembagian “kue” pembangunan, semakin besar pula disparitas
distribusi pendapatan yang terjadi. Indonesia yang tergolong dalam negara yang
sedang berkembang tidak terlepas dari permasalahan ini.
B. Analisis
Distribusi Pendapatan
(1.) Distribusi
Ukuran (personal distribution of income)
Distribusi pendapatan perseorangan
(personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size
distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran
ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap
individu atau rumah tangga.
Yang diperhatikan di sini adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah
ataupun warisan.
Lokasi sumber penghasilan (desa atau
kota) maupun sektor atau bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan
(pertanian, industri, perdagangan, dan jasa) juga diabaikan.
(2.) Kurva Lorenz
Sumbu horisontal menyatakan jumlah
penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita
mendapati populasi atau kelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang
jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat
60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling
ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk.
Sumbu
vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh
masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada
titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama
panjangnya.
Setiap titik yang terdapat pada
garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk
yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai
contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang
tepat didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.
Titik yang terletak pada posisi tiga
perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan
kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
Garis diagonal merupakan garis
"pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam distribusi ukuran
pendapatan.
C. Kemiskinan Menurut Para Ahli
·
Menurut Kuncoro, (1997: 102–103). Mengemukakan bahwa
kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
standar hidup minimum.
Definisi tersebut menyiratkan tiga pernyataan dasar,
yaitu :
1. Bagaimanakah mengukur standar hidup ?
2. Apa yang dimaksud dengan standar hidup minimum ?
3. Indikator
sederhana yang bagaimanakah yang mampu mewakili masalah kemiskinan yang begitu
rumit ?
·
Kartasasmita (1997: 234) mengatakan bahwa kemiskinan
merupakan
masalah
dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
keterbelakangan,
yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.
·
Menurut
Brendley (dalam Ala, 1981: 4) kemiskinan adalah
ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang
terbatas. Hal ini diperkuat
oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya
dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup
yang pokok(Salim
dalam Ala,
1981: 1).
·
Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan
untuk mencapai suatu
standar
hidup yang layak.
D.
Tujuan dari pembangunan adalah
kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi untuk menciptakan kemakmuran bersama merupakan tujuan pembangunan yang
ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan
pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber
daya manusia yang tinggi untuk menciptakan kemakmuran bersama. Dari segi
pendidikan, Indonesia masih mengalami masalah ketidakmerataan pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas dan
berakibat pula pada rendahnya tingkat pendapatan. Kesenjangan tingkat
pendidikan mengakibatkan adanya kesenjangan tingkat pendapatan yang semakin
besar. Pemerataan hasil pembangunan perlu diupayakan supaya pembangunan dapat
dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Pemerataan pendidikan dan pemerataan
fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya penting yang diharapkan
meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dengan menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah
sebagai upaya untuk meningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangynan
Indonesia, sebagai contoh dengan mengefisiensikan penerimaan pajak,
meningkatkan perdagangan dengan luar negeri, meningkatkan investasi langsung
dan lain sebagainya.
Sabtu, 19 Mei 2012
Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
(Minggu 7)
Struktur
Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
1.
Struktur
Produksi
Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang
digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian
nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari
suatu wilayah (negara) secara geografis.
GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. GDP digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian sebuah negara. Namun demikian GDP seringkali dikritik karena tidak mencantumkan transaksi ekonomi pada level bawah .Dalam forex trading GDP merupakan salah satu indikator penting yang dapat memicu volatilitas harga terutama untuk Core GDP. Dalam skala A sampai E dengan A adalah sangat penting dan E tidak penting sama sekali, GDP merupakan indikator berskala B yang dapat menyebabkan perubahan volatilitas mata uang.
GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. GDP digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian sebuah negara. Namun demikian GDP seringkali dikritik karena tidak mencantumkan transaksi ekonomi pada level bawah .Dalam forex trading GDP merupakan salah satu indikator penting yang dapat memicu volatilitas harga terutama untuk Core GDP. Dalam skala A sampai E dengan A adalah sangat penting dan E tidak penting sama sekali, GDP merupakan indikator berskala B yang dapat menyebabkan perubahan volatilitas mata uang.
GDP dirilis per kuarter, dan angka data ini
menunjukkan persentase pertumbuhan dari kuarter sebelumnya. Laporan GDP terbagi
dalam 3 rilis: 1) advanced – rilis pertama; 2) preliminary – revisi pertama;
dan 3) final – revisi kedua dan terakhir. Revisi-revisi inilah yang biasanya
berdampak signifikan bagi market.
Jika GDP (persentase) naik dibandingkan dengan
data pada periode sebelumnya maka nilai mata uang negara yang bersangkutan
cenderung mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena GDP menggambarkan nilai
seluruh transaksi suatu negara secara umum. Jika siklus transaksi perekonomian
stabil maka dapat dipastikan perekonomian akan berjalan dengan lancar. Sentimen
positif ini dapat memicu kenaikan nilai mata uang lokal.
2.
Pendapatan
Nasional
Pendapatan
nasional adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu
negara selama satu tahun.
Konsep pendapatan Nasional :
·
PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan
·
PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
Rumus :
GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
·
NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus :
NNP = GNP –
Penyusutan
·
NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)
Rumus :
NNI = NNP –
Pajak tidak langsung
·
PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus :
PI = (NNI +
transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social +
Pajak perseorangan )
·
DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
Rumus :
DI = PI –
Pajak langsung
·
Pendapatan
Perkapita
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di
suatu negara, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu
negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita
sering disebut dengan PDB (produk domestik bruto)
perkapita.
Pendapatan
perkapita sering digunakan untuk mengukur kemakmuran sebuah negara.Semakin
besar pendapatan perkapita, negara tersebut akan dinilai semakin makmur.
Langganan:
Postingan (Atom)